Dalam hal ini, kita harus pandai bersikap untuk menyelesaikan konflik yang terjadi dan bukan terfokus pada konflik itu sendiri yang terkadang malah dapat menimbulkan masalah baru, hal inilah yang harus kita hindari.
Sebagai makhluk sosial yang dikaruniai nurani oleh Allah SWT, seyogyanya kita dapat menyikapi perbedaan dengan lumrah karena didunia ini mustahil tidak ada perbedaan atau dengan kata lain perbedaan itu akan selalu ada.
Dalam menyikapi perbedaan yang pada akhirnya berujung pada konflik, ada tiga cara sederhana namun harus konsisten diterapkan agar konflik itu tidak terjadi atau minimal dapat dihindari. Pertama, tumbuhkan semangat persaudaraan. Kenapa hal ini menjadi penting? Karena apabila dalam diri kita sudah tumbuh semangat bersaudara maka walaupun kita berbeda suku atau berbeda pendapat tetapi kita dapat meredamnya dan yang akan timbul adalah rasa persaudaraan yang kuat. Kedua, tumbuhkan semangat mencari solusi. Apabila kita terlanjur terperangkap dalam sebuah konflik, maka segeralah mencari solusinya agar konflik tersebut tidak berkepanjangan dan dapat merusak hubungan persaudaraan yang sudah terjalin dengan baik. Buatlah solusi-solusi alternatif dan pilihlah mana yang termudah dan terbaik. Ketiga, tumbuhkan sikap Maslahat lil Ummah atau win-win solution, Dalam menyelesaikan sebuah konflik diharapkan tidak ada fihak yang dirugikan atau tidak boleh ada rasa ingin menang sendiri. Kedua fihak harus sepakat sehingga tidak ada yang tersakiti dan disakiti, harus saling menjaga perasaan masing-masing sehingga ketika keluar dari konflik dan kedua belah fihaklah yang menjadi pemenang.
Demikianlah tiga cara sederhana mengelola konflik, Rasulullah menginginkan ummatnya menjadikan suatu perbedaan sebagai sebuah rahmat bukan sebagai pemicu terjadinya perpecahan. Yakinlah bahwa akan ada fihak yang merasa senang apabila ummat islam terpecah belah. Na'udzubillahi min dzalik.Wallahu A'lam.
(Dikutip dari buku AMANAH Manajemen qolbu untuk kepemimpinan. Aa Gym)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar